Sarjana Jangan Malu Jadi Petani - Aku selalu ingat pesan orangtuaku. Kuliahlah dengan benar jangan fikirkan kelak engkau akan jadi apa, karena sesungguhnya rezeki itu Allah yang mengatur.Yang penting setelah engkau selesai ilmumu bisa bermanfaat untuk dirimu dan orang lain. Aku tidak menyangka orangtuaku yang hanya seorang petani bisa berkata demikian bijak.
Sarjana Jangan Malu Jadi Petani |
Padahal kebanyakan orang jika telah menyekolahkan anaknya berharap agar bisa menjadi pegawai negeri, menjadi polisi ataupun menjadi pejabat. Namun tidak dengan orangtuaku. Dia berkata pekerjaan apapun itu asalkan halal silahkan kerjakan. Dalam hati aku berkata, aku harus bisa membuat orangtuaku bahagia, minimal kuliahku harus bisa sampai selesai. Apalagi sebelumnya orangtuaku pernah kecewa karena kakaku tidak dapat menyelesaikan kuliahnya dengan baik, padahal dia saat itu sudah mulai mengerjakan skripsinya, sayang harus putus ditengah jalan. Dan kini dia hanya tinggal menaruh harapan itu kepadaku.
Aku terus menyemangati diri. Aku tidak boleh mengecewakannya, karena biaya yang aku pergunakan untuk kuliah adalah hasil keringatnya. Dari dia menanam padi, dari dia menyadap karet, menjual sayur mayur dan apapun yang halal yang dia hasilkan saat itu. Seiring berjalannya waktu, berkat doa dan semangat, Allah mengabulkan doaku. Akupun bisa menyelesaikan kuliah walau agak sedikit telat. Dengan titel baruku, aku kembali kekampung halaman, untuk kembali berkumpul dengan keluarga dan orangtuaku. hehehe, walau bergelar S1 aku kembali menjadi petani, yang turun ke ladang, dan masih menoreh karet.
Aku tidak perduli dengan ucapan orang lain yang mengatakan Sarjana hanya menjadi seorang petani. Aku juga abaikan ucapan orang yang mengatakan "Ngapain juga kalau mau menjadi petani harus sekolah tinggi-tinggi. Aku hanya tersenyum, menjawab pertanyaan itu. "Tidak semua yang kuliah itu harus menjadi pegawai, justru yang kuliah itulah harus bisa menciptakan peluang pekerjaan" kalau niatnya kuliah hanya menjadi pegawai, tentu aku tidak akan mengambil jurusan Agama. Untunglah orangtuaku tetap memberi dorongan dan motivasi, dia tetap yakin meskipun tidak menjadi pegawai asal ilmu tersebut dimanfaatkan, insa Allah barokahnya akan lebih besar, ketimbang menjadi pegawai yang kerjanya sedikit namun harus minta bayaran secara utuh.
Alhamdulillah, perasaannku semakin yakin. Walau hanya menjadi petani aku tetap senang menjalaninya, sembari mengajari adik-adiku ilmu yang aku dapatkan. Disamping itupun aku merasa tidak ada yang mengikatku dengan satu aturan, harus berpakaian rapih harus berangkat pagi dan harus masuk kantor. Semuanya bisa kulakukan kapan saja dan semauku, buktinya rezeki yang dijanjikan Allah itu benar adanya. daffa alfatih. Sumber : http://www.kompasiana.com/daffaalfatih/walau-sarjana-aku-tetap-petani_5500cc41813311681ffa7de3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar